Selasa, 14 April 2015

Bila Semua Benar, Yang Salah Siapa? - Mengacaukan Pikiran Orang Liberal

"Orang liberal berpendapat jika ajaran agama tidak lagi harus terpaku dengan teks-teks Agama (Al Quran dan Hadis), tetapi lebih terikat dengan nilai-nilai yang terkandung dalam teks-teks dengan menggunakan rasio dan selera." Sumber: Nugarislurus.com



TANGGAPAN:

Sebenarnya kalimat itu secara kasat mata terkesan ilmiah, bagus. Namun apakah Sahabat tahu inti ucapan yang dimaksud? Inilah yang jarang dibahas yang diawali hasil kesimpulan dari ucapan orang-orang liberal?



Mereka yang kontra liberal biasanya langsung menyerang dengan dalil-dalil untuk melawan pemikiran liberal. Akhirnya, justru itulah yang ditertawakan orang liberal karena orang liberal sendiri tidak tulus mengakui teks-teks agama.



Jadi apa kesimpulan dari kalimat di atas sebelum menyerang pemikiran liberal?



Kesimpulannya dari kalimat di atas adalah: ORANG LIBERAL MAU MEMBUANG AL-QUR'AN DAN AL-HADIST



Sudah pada fakta ilmiah, tanpa dalil-dalil Al-Qur'an pun mereka sudah mencukupi untuk membuat ajaran kebenaran sesuai rasio, selera, perasaan SENI. Sudah berkembang ilmu-ilmu umum yang membangun etika, pemikiran dan lainnya. Dalil-dalil yang mereka gunakan bisa saja hanya sebagai "Muslihat". Ketika dalil teks agama hanya diajadikan muslihat, mereka seakan susah diserang oleh dalil karena bisa jadi mereka pada hakekatnya tidak mengakui dalil. Teks agama hanya sebagai sumber inspirasi atas pengembahan faham liberal. Padahal, mereka tanpa dalil bisa berjalan membangun paham liberalisme sesuai rasio dan selera.



Sehingga, ketika Sahabat sudah tahu akar yang harus ditumpas, maka bisa jadi akan dengan mudah menumpas. Ini poin pertama.



Penyerangan: Mempertanggungjawabkan Konsistensi Mereka Atas Paham Liberal



Paham liberal sebenarnya paham yang mendidik liberalisasi dalam menafsiran suatu masalah dengan jargon, "Pluralisme, Relatifisme". Efeknya, sebenarnya penganut liberalisme bisa menentukan kebenarannya sendiri, BERBEDA, tanpa harus bersesuaian dengan orang yang sejalur dengan mereka, liberal. Maka dengan paham seperti ini bisa mengakibatkan krisis "Kepastian Kebenaran" atau mengalami "Nihilisme Kebenaran" antar sesama liberal. Nihilisme Kebenaran adalah sebuah reaksi ketikakpercayaan pada kebenaran dan lebih memilih kebenaran menurut selera pribadi. Ini kalau mereka benar-benar konsisten dengan faham mereka.



Namun mereka tidak konsistem. Mereka lebih kepada pembangunan "Madzhab Liberal" yang sepertinya memiliki status "Misi Bersama". Ketika terjadi suatu perbedaan, sampai ada golongan liberal yang keluar dari madzhab liberal, maka akan mengalami cap "Lawan" yang perlu disingkirkan. Karena setelah diamati, segala ucapan orang liberal hampir sama ketika membahas pluralsme, poligami, emansipasi, gender, warisan, jilbab, dan lainnya. Mereka seperti robot atau bebek yang digerakan oleh satu kontrol "madzhab liberal" untuk mengikuti sesuai kehendak tombol remot tersebut. Jelas, ini sudah hilang makna liberalisme kebenaran.



Jadi, bila semua benar, kenapa orang liberalis masih mengklaim dirinya yang benar? Karena terbukti kebenaran lain dianggap pelanggar HAM, diskriminasi, dll, bila tidak sesuai dengan prinsip madzhab liberal. INKONSISTEN! Mereka pun bersifat radikal dalam ucapan ketika ada perlawanan. Bahkan mereka "Tidak Mandiri", hanya berani numpang di organisasi yang sudah memiliki nama besar seperti Muhammadiah dan NU. Jadi, jargon "Pluralis dan Relatifisme" hanya "Muslihat" untuk menutupi "Madzhab Liberalis" yang penuh pengekor, pentaklid.



Bila Semua Benar, Yang Salah Siapa? Bila semua agama benar, beriman pada Tuhan yang tunggal, agama yang kafir agama apa? Bila semua agama tidak kafir, beriman, yang tidak beriman dan kafir adalah "PELANGGAR HAM", maka sudah mengalami "Klaim Pembenaran", bahkan tanpa kekuatan dalil dalam klaim kebenarannya, hanya rasio dan selera. Jelas ini pemikiran yang sangat lucu, aneh serta bodoh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar