sendiri pun sedang mengalami kesulitan ekonomi karena berbagai faktor. Namun
dari hasil melihat kasus saya ini, bisa menilai bahwa mentradisikan roda
ekonomi di tiap desa dengan menggunakan sistem “Keadilan Dan Persatuan” kurang
mendapat perhatian. Padahal anggaran mencapai milyaran (tidak tahu pasti) per
desa yang seharusnya sudah cukup bahkan berlebih untuk memodalkan pematangan ekonomi
dengan sistem keadilan dan persatuan.
Kalau tiap desa memiliki kematangan ekonominya
sendiri – karena gabungan ekonomi per individu – maka secara otomatis akan membentuk
persatuan ekonomi untuk Indonesia. Karena sudah biasa menjalani ekonomi dengan
memperhatikan keadilan dan persatuan antar individu, maka menjalin persatuan
Indonesia antar daerah akan bisa dilakukan. Hasilnya, berpotensi bisa membayar
hutang negara 50% LUNAS.
Sepengetahuan saya sendiri yang terbatas, mereka mengurus
ekonominya sendiri-sendiri, tanpa pembekalan dan tanpa penyaluran sebagai roda
ekonomi berkelanjutan. Bila sudah kaya, merasa amnesia. Namun bila bernasib miskin,
merasa terhina.
Termasuk saya mengurus ekonomi saya sendiri,
dengan menggunakan kemampuan saya sendiri hasil belajar sendiri. Walau dalam
hal ini kondisi saya mungkin sudah aman dan potensial dalam meraih kematangan
ekonomi. Namun, saya tidak menjamin bila saya sudah mengalami kematangan
ekonomi, saya menjadi amnesia atau tidak :-)
Ada sebuah prinsip yang sering
didengung-dengungkan namun nimim sekali pengamalan adalah, “Bercerai kita
runtuh, bersatu kita utuh.” Bercerai di sini bukan dalam masalah kasus konflik
sosial saja namun bisa juga karena tidak adanya niat untuk membangun sistem persatuan,
sehingga seakan telah bercerai.
Sahabat tahu, bahwa banyak sekali seminar-seminar di
Indonesia kan? Ada seminar untuk menjadi orang yang super kaya, seminar menjadi
orang yang super mandiri dan sukses, dll. berbagai seminar yang tujuannya untuk
mengurus “Individu Sahabat” dan selebihnya untuk mengurus bisnis “Si
Penyelenggara Seminar”. Namun apakah pernah tiap desa – yang terwakilkan - melakukan
kegiatan-kegiatan pengembangan pribadi
manusia untuk ekonomi dan sosial desa? Yang jelas, saya belum mendapat undangan
gratis mengenai pengembangan skill dan program lainnya dari perwakilan pemerintah
desa.
Daripada
mengeluh, itu tidak baik, Sahabat...
Karena Sahabat
sudah tahu masalahnya, bahwa penting mentradisikan roda ekonomi dengan sistem
keadilan dan persatuan Indonesia, maka selebihnya dilakukan sendiri-sendiri.
Walau sendiri-sendiri, bila yang melakukan berjumlah banyak, maka sudah
terotomatiskan untuk bersatu dalam satu tujuan: Kematangan Ekonomi Indonesia.
Berikut yang
perlu dilakukan oleh semua individu untuk kepentingan Roda Ekonomi Bersistem Keadilan
Sosial dan Persatuan Indonesia:
1.
Perhatikan
dan Kuasai 4 Casflow Quandrant Sahabat:
Sayang sekali,
hanya karena terperangkap sistem pendidikan yang berfokus membentuk penteori
ulung dan penyampah teori, banyak yang tidak memperhatikan 4 Casflow Quandrant,
baik dalam pembelajaran atau pengamalan. Padahal, dalam segi kegiatan belajar
dan karir sangat penting mengetahui agar bisa terarah dalam menguasai beberapa
Casflow Quandrant. Hasilnya, karena sudah ter-jamak-an (sudah banyak yang tidak
memperhatikan), keadaan Indonesia mengalami keterburukan ekonomi.
Berikut 4 Casflow
Quandrant yang harus diketahui untuk menguasainya:
- Skill Pekerja
- Skill Pekerja Mandiri
- Skill Bisnis
- Skill Investasi
Terlihat
sederhana, namun 4 Casflow Quandrant itulah tujuan akhir dalam pemberdayaan
ekonomi. Kalau Sahabat bekerja, maka ujungnya menghasilkan gaji. Kalau Sahabat
menjadi pekerja mandiri maka ujungnya menghasilkan honor. Kalau Sahabat bisnis
dan investasi, ujungnya Sahabat menghasikan pasif income. Tentu ini adalah
tujuan dalam pemberdayaan ekonomi.
Sekarang,
bagaimana bila Sahabat tidak menguasai skill dari 4 Casflow Quandrant di atas?
Sahabat bisa bahasa Inggris, tetapi apakah bisa menjadi pekerja kantoran atau
mandiri sebagai “Penerjemah Bahasa” yang dibayar? Saya kira, perlu yang mananya
pemberdayaan skill untuk kebutuhan kematangan ekonomi.
2.
Perhatikan
Darurat Pasar Internasional alias Global
Sebuah
keluarga Si Rojul, misal, punya uang 10.000.000, namun dalam satu bulan uang
habis tanpa sisa bahkan hutang karena berhubungan dengan pihak importir.
Keluarga Si Rojul tersebut selalu impor daging sapi, kedelai, dan sebagainya
namun tidak pernah melakukan ekspor kepada keluarga lain. Bila selalu begitu,
tidak ada roda ekonomi yang bisa mensejahterakan keluarga tersebut.
Jadi, inti
mematangkan ekonomi sebuah “Keluarga Indonesia” adalah dengan memaksimalkan ekspor
ke beberapa keluarga negara lain. Bahkan lebih baik mengalami menurunan dalam
hal Impor (baca: jangan terpengaruh pihak keluarga negara luar dalam menanam
modal atau penjualan produk).
Kabar baiknya,
ini era online yang membuat per individu bisa melakukan perdagangan
Internasional tanpa perlu terlibat dalam peraturan Ekspor/Impor. Dan, saya pun
sedang melakukan hal ini untuk meraup banyak dollar. Bila saya menghasilkan
banyak dollar, maka akan menguntungkan pihak Indonesia (baca: termasuk Bank Indonesia
yang sebagai pihak pencairan cek atau transfer)
3.
Lakukan
Kerjasama ekonomi untuk Keadilan Sosial dan Persatuan Indonesia
Dalam hal ini,
tidak sekedar dalam hal memberi modal untuk orang lain, tetapi mencakup tema
“Pemberdayaan Masyarakat”. Karena kalau kita memperkaya diri sendiri, maka
tidak ada yang namanya roda ekonomi untuk Keluarga Indonesia sendiri. Akhirnya,
semakin kaya seseorang, malah membuat terjadi pemiskinan di sebagian orang
lain.
Jadi, dengan
mengadakan kerjasama dalam perekonomian adalah untuk mewujudkan keadilan
sosial. Di sini tidak membahas tentang Sosialisme, tetapi lebih kepada “Relawan
Sosialis”. Pada ujungnya akan mengalami yang namanya “Sistem Duplikasi” (jangan
diartikan bisnis MLM, bisnis jaringan), sistem yang membuat satu-kesatuan antar
anak bangsa Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar