Selasa, 16 Agustus 2011

Sajak Bayang-bayangan

Diriku dan Purnama telah berpisah dunia.

Di saat mentari merah padam terlihat mata.

Diriku dan dirinya lepas pandang.



Kini tinggal bayang gelap menari dalam pikiran.

Aku menari bersama bayangan kawan

menuai kehidupan khayalan.

Tak lepas bayangan kawan

lekat erat bersama langkahku

bersama bayang ragaku

bersama kehidupanku.



Suara Purnama yang terus bersyair

indah kata pujangga.

Tak mungkin aku menutup telinga.

Aku dan dirinya adalah kesatuan kehidupan yang nyata.



Dalam kendaraan kini dalam laju.

Menapaki perjalanan masa depan.

Terlihat pemandangan menuju masa lalu.

Diriku sendiri dalam bayang-bayang kehilangan

Khawatir waktu tak memberi aku jumpa.

Aku tinggalkan Purnama seorang diri.

Tak tega rasa hati, dalam bayang paras lugu gadis itu.



Melihat jasad ini masih terduduk melemas

Meratapi nasib tak mengikut langkah bersama

Dengan dirinya, gadis tak berhias nyala.



Setengah jam diri ini dalam perjalanan.

Mentari pun terlihat tertidur lelap

Pulang keistana walau di rasa hampa.

Dalam kamar diriku masih membayang

pada gadis berparas sederhana.

Gadis itu mengikis gelap istana

Sehingga ruang sepi tak menghantui jiwa.



Sayup-sayup suara kendaraan

masuk di ruang telinga

membawa pikirku pada kisah terminal itu.

Tempat aku dan Purnama dalam jumpa.



Aku hanya Mencatat dalam lembar kisah

Merenung pada kisah di malam hari.

Mencapai maksud dalam penyadaran diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar