Dalam sunyi, menghias ruangan kerinduan.
Dalam kesendirian tak ada sambut kehadiran.
Di saat detik membunuh masa kini
di saat itu, pikiran melayang jauh keluar batas keduniaan.
Mencari hadir ibu, juga ayah yang kutunggu.
Hati ini dalam harap bertemu.
Tapi terbentur jazad yang masih menunggu waktu.
Apa daya, malam hanya hadirkan pengganti ibu.
Tapi kini, tak ada sambut kehadiran di ruang penantian.
Hadirmu aku tunggu.
Aku bermanja padamu
walau diriku dalam kedewasaan.
Belai damai untuk hatiku, mengajari kesabaran.
Kini, menunggu dalam soal ujian
yang harus terjawab dengan kesabaran.
Betapa kesabaran adalah ketetapan hati menunggu kepastian.
Sehingga aku dalam pelaksana perkataan.
Malam gelap, ikut setia menunggu.
Walau tingkah malam warna bunga terhijab gelap, tak terlihat aku.
Tapi nuansa malam cukup sejukkan raga di saat gerah gelisah
sehingga menunggu adalah kesegaran raga, di istana megah.
Jam menunjuk di angka 21.00.
Ragamu tak kunjung pulang.
Dering khabar tak terdengar.
Tak biasa sangkar malam tak ada gurau riang.
Senyap semakin menguasai.
Menunggu masih tak terjawab waktu.
Pertanyaan-pertanyaan bertebaran dalam alam pikiran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar