Jumat, 10 April 2015

Bagaimana Cara Debat di Facebook?

Saya tidak suka melakukan debat di komentar Facebook kalau dicampuri banyak orang, baik mendukung atau menentang. Konsentrasi akan pecah dan malah merugikan saya sendiri (terlepas orang lain merasa rugi atau tidak). Kecuali hanya saya dan 1 lawan debat saja yang berdialog. Memang pernah meladeni adu pendapat di komentar Facebook, tapi tetap konsentrasi terpecah karena melihat komentar-komentar lainnya.

Saya sering menawarkan berdialog dengan mereka, lewat INDOX FACEBOOK, ketika melihat ada pendapat yang bertentangan. Namun pernah ada beberapa orang berkata, "Ah, takut ketahuan kalah dialog ya?" Salah satu prinsip berdebat atau berdialog adalah "RELA KALAH" karena toh keyakinan siapa yang memilih, salah atau benar? Masalah kalah atau tidak, bisa jadi karena faktor kurangnya ilmu ketika menghadapi lawan.

Saya menginginkan berdebat lewat inbox Facebook adalah untuk memenuhi, salah satunya: Menjaga nama baik mereka atau saya sendiri, bila mereka atau saya kalah dialog. Bukan karena takut kalah, tapi prinsip menjaga nama baik adalah sebuah kemuliaan.

Sehebat apapun berdebat dengan orang yang berlainan agama, sampai kalah sekalipun, kalau keyakinan mereka tetap memilih yang salah, tetap saja bukti kebenaran hasil debat tidak terpakai mereka. Jadi, memprivasi debat dengan mereka lewat inbox Facebook, masih memiliki celah untuk meresapi kebenaran yang telah disampaikan - terlepas ada di pihak yang mana kekuatan pengaruh hasil debat.

Kembali ke kisah saya. Saya menjelaskan alasan saya berdebat di inbox Facebook kepada mereka, namun mereka tetap ngotot mau terbuka agar semua tahu. Ketika itu membahas masalah aqidah (padahal masih cetek ilmunya, alakedernya).

Entah yang menang atau kalah itu siapa, yang jelas saya tidak memiliki rasa menyerah mengungkapkan pendapat. Namun si dia menyarankan untuk berhenti dialog tentang akidah. Kalau sudah begini, ditonton banyak orang. Ujung-ujungnya, dia meminta membahas masalah hal-hal amaliah NU yang dianggap spele lah, masalah khilafiah (walau mereka meyakini bid'ah dan syirik).

Saya sering menawarkan dialog lewat inbox lagi kepada mereka-mereka yang berkoar-koar seolah sedang berjihad. Namun entah karena malas atau tidak, mereka tidak menyetujui tawaran saya. Padahal, ukuran dakwah kebenaran, seharusnya mereka semangat. Buktinya berkoar-koar di Facebook seolah sedang berperang. Masak, dialog adem lewat inbox Facebook malah gak mau?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar