Rabu, 22 April 2015

Mengaku Liberalis, Nyatanya Bermadzhab Liberal

Kampanye liberalisme yang memiliki beberapa ciri khas diantaranya adalah: relatifisme, pluraslisme, kebebasan, menjunjung tinggi HAM (salah satunya dibalik isu feminisme), dll. Ciri khas ini adalah bentuk "kamuflase" agar - mungkin - mereka bisa menutupi "Kekuatan Sosial" mereka yang terikat misi bersama, agar tidak mudah diserang. Pergerakannya terpecah-pecah, memasuki ceruk-ceruk tertentu yang membuat sanggup menguasai berbagai ceruk.

Walau ini klaim pribadi, namun fakta atas kebutuhan kekuatan sosial yang memiliki misi bersama adalah hal mutlak untuk menguasai hal apapun. Hal ini sudah terjadi - bahkan, Suara Rakyat (sosial) adalah Suara Tuhan - untuk menghancurkan kekuasasan lain. Ketika kaum liberal mampu menguasai berbagai sisi, maka barulah berkata "Siapa melawan, kami serang", tidak ada makna kebebasan kecuali bebas vesi ajaran mereka.

Terbukti, negara Amerika Serikat yang katanya berfaham "Demokarasi Liberal", ternyata tidak liberal. Orang Islam ternyata dilarang menjadi calon Presiden dan hanya sedikit yang menduduki parlemen. Ini karena percaya pada kekuatan massa, kekuatan sosial. Ketika terlalu menonjol sisi liberal seseorang, maka tidak ada kekuatan sosial. Saya berani jamin, ketika orang Islam mencalonkan diri menjadi presiden Amerika Serikat, maka akan diprotes banyak orang Amerika dan mungkin akan dibunuh bila benar-benar menjadi presiden.

Jadi kaum liberal sebenarnya mau menghimpun kekuatan sosial dibalik kampanye liberalisme. Apa sih makna liberalisme? Maknanya adalah "Terserah Aturan Gue" dan "Itu Aturan Lu" yang tidak mungkin bisa disatukan dalam satu misi, satu perjuangan, satu madzhab, kecuali terbagi lagi menjadi berbagai kelompok yang mengatasnamakan liberalisme.

Ketika terkecoh dengan kampanye liberalisme dan menganggap bahwa itu bukan madzhab, yang tidak perlu diserang oleh madzhab-madzhab yang dianggap resmi secara hukum, maka secara otomatis sudah mempersilahkan kaum liberal untuk menggrogoti madzhab resmi. Bila madzhab sudah terkontaminasi dengan faham liberalis, maka kaum liberal akan berkata, "Lah, buktinya banyak berbedaan juga dalam madzhab resmi ini". Padahal perbedaan yang terjadi ini adalah hasil kontaminasi faham liberal, bukan perbedaan yang wajar antar sesama madzhab.

Jadi, kita satukan misi bahwa ajaran liberalisme adalah sebuah ajaran madzhab yang memiliki metodeloginya sendiri untuk menyatukan misi antar individu yang tergabung dalam madzhab liberal. ketika sudah tahu bahwa ini adalah sebuah madzhab, maka kita dengan mudah untuk mengusir dan berkata, "Itu bukan madzhab resmi kami".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar