Tuhan Nakiroh, Tuhan Makrifat - Saya mencoba membahas dan penting dibahas, walau ini hanya sekedar penjabaran dasar fiosofi La-ilaha-illa-Alloh yang semua orang Islam Monoteisme (soalnya ada orang Islam Pluralisme) tahu hal ini. Yang paham bahasa Arab akan paham mengenai hal ini: Nakiroh dan Makrifat. Lalu apakah Tuhan Nakirah dan Tuhan Makrifat? Kalau pembahasan saya salah secara bahasa, yang jelas, saya tahu mana makna "Tuhan Umum" dan mana makna "Tuhan Khusus".
Sebelum membahas, pernah saya membaca buku - dan memang pembahasan ini sudah umum dibahas - bahwa Alloh adalah hanya sekedar nama, berasal dari bahasa Arab. Tentunya selain orang Arab bebas menamakan Tuhan Maha Absolut dengan nama lain seperti "Dewa", "Gusti" dan lainnya. Tidak harus Alloh. Jelas, inti dari paham pluralisme agama adalah berasal dari pemangkasan hakekat zat Tuhan menuju asma Tuhan.
Bahkan ada tulisan yang menyebutkan bahwa, Tuhan pada awalnya sbukan bernama Alloh tetapi nama lain. Setelah penciptaan makhluk, barulah Tuhan memperkenalkan diri dengan nama Alloh.
Nah, melihat penjelasan di atas, tentu ada sebuah pertanyaan besar, Tuhan itu bersifat Nakiroh atau Makrifat? Bila melihat pembahasan di atas, jelas, Tuhan hanyalah sebuah nakiroh, yang tidak jelas hakekat ketuhanannya. Ibaratnya, seorang anak yang percaya bahwa dirinya dilahirkan oleh kedua orang tua namun tidak jelas siapa nama dan hakekat orang tua yang telah melahirkannya. Si anak lalu menduga, "Kambinglah orang tuanya dengan nama Si Budi". Jadi, kemakrifatan Tuhan telah diciptakan oleh pikiran manusia itu sendiri. Sehingga, wajar bahwa Tuhan hanyalah ciptaan akal.
Seandainya tidak ada agama Ibrani, agama Samawi, yang menjelaskan sebuah nama Alloh yang sebagai Tuhan, maka akan banyak sekali berbagai nama yang tidak jelas kepastian nama itu untuk disandarkan pada diri Tuhan. Walau hakekat akal, hati nurani, bisa memahami ada sesuatu yang maha kuasa dalam penciptaan alam semesta. Bukankah kita kenal nama "Alloh" karena diberi tahu oleh Alloh sendiri? Bila tidak diberi tahu, mampukah menebak bahwa dialah Alloh yang menciptakan alam? Saya rasa, ini perlu kajian yang hebat untuk menentukan bisa atau tidak bisa bahwa kita bisa kenal Alloh.
Lalu apa makna "La Ilah Illa Alloh" atau kalau dipotong menjadi "La Ilah - Illa Al-Ilah"? Maka kita kembali pada kajian bahasa untuk menentukan makna tersebut. "La ilah", sebuah kalimat ultimatum bahwa "Tidak Ada Tuhan Nakiroh". Karena makna "Ilah", menurut kajian bahasa masih bersifat "Nama Umum" alias "Isim Nakiroh". Lalu dilanjutkan pada kata "Illa", sebuah makna bahwa pengecualian ini sangat penting, pengecualian yang kuat. Kata "Illa" memberikan kekhususan pada kata "Ilah" yang sudah diultimatum tadi. Lalu memberikan pengecualian dari kata "Ilah" tadi bahwa hal itu hanya untuk "Al-Ilah", yang merupakan Tuhan Makrifat alias Alloh.
Jadi kalau kita bertanya, "Tuhan kita siapa?" maka akan menjurus pada Tuhan Makrifat yaitu Alloh. Kalau ditanya lagi, "Alloh itu siapa?" Maka akan kembali kepada pemahaman Tuhan Makrifat. Bila kita bertanya dengan nama Alloh yang lain seperti, "Tuhan yang Maha Besar itu siapa?" atau "Tuhan Gusti itu siapa?", jawabannya Alloh. Bila terus ditanya terulang-ulang, hakekatnya tetap Alloh. Jadi, makna "La Ilah Illa Alloh" adalah sebuah peringatan terhadap kepercayaan pada tuhan-tuhan yang lain, bahwa Tuhan selain Alloh bukan Tuhan dan sebuah peringatan bahwa Tuhan kita semua hakekatnya adalah Alloh (terlepas ada yang ingkar atau tidak).
Kalimat La Ilah Illa Alloh sungguh memiliki makna yang sangat dalam menyangkup Akidah, Syareat, Tasawuf, dan lainnya. Tentunya, pemahaman makna La Ilah Illa Alloh harus dibarengi dengan memahami nama-nama Alloh yang lain untuk pendalaman atas kalimat La Ilah Illa Alloh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar