Pertanyaan "Allah Ada Dimana?" adalah pertanyaan jebakan untuk orang yang selalu membahas tempat keberadaan Allah, Allah Bersemayam Di Atas Arsy. Orang yang selalu membahas keberadaan Allah berawal lewat pertanyaan tersebut. Padahal itu pertanyaan terlarang, sesat (bila untuk mencari jawaban). Saya bertanya saat melakukan dialog akidah dengan anggota grup tertentu, yang entah dia mujazimah (membadankan Allah) atau tidak.
Pertanyaan "Allah Ada Dimana?" sudah tumbuh subur dengan jawabannya, bahkan tumbuh subur di Indonesia, seolah sebuah jawaban "ketauhidan". Betapa berbahaya akidah ini, namun banyak orang berbondong-bondong mengikuti akidah berbahaya ini (entah apa motif-nya ikut golongan ini). Kenapa berbahaya? Karena bisa keluar dari iman. Lebih berbahaya aqidahnya dari akidah Mu'tazilah. Golongan Mu'tazilah dalam membahas akidah selalu berusaha untuk mensucikan Allah dari unsur kemakhlukan - walau Mu'tazilah banyak juga kesesatan.
Saya bertanya seperti di atas adalah karena mereka selalu membid'ahkan dan mensyirikkan amalan NU, secara umum amalam ASWAJA (Ahlussunnah Wal Jama'ah). Saya mencurigai akidahnya. Lalu saya mengajak dialog dengan salah satu diantara mereka tentang aqidah: satu orang lawan satu orang.
Saat saya bertanya "Allah Ada Dimana?", ada orang yang mempublish pertanyaan saya dan berkata, "Kenapa masih bertanya Allah Ada Dimana? Kenapa masih membahas Ayat Mutasyabihat?" Lalu orang yang sedang berdialog pun seakan tidak mau membahas tentang hal ini. Saat terpancing dialog panjang lebar, justru orang itulah yang menjawab hakekat keberadaan Tuhan. Karena jika mereka sudah meyakini makna teks "Allah Ber-istiwa (semayam) Di Atas Arsy" benar-benar seperti teks, itulah jawaban atas pertanyaan di atas.
Waktu itu saya memancing dia dan mengajukkan pertanyaan, "Lalu apa maksud Allah bersemayan di atas Arsy?" Kesimpulannya, dia menjawab bahwa bersemayam maknanya luas. Bahkan menganggap bersemayam adalah bahasa Al-Qur'an (Saya jawab: Aneh, bahasa Indonesia NKRI dianggap bahasa Al-Qur'an), karena kepleset omongan. Saya tidak paham apa yang dia ucapkan karena muter-muter.
"Apa maksud bahwa bersemayam (baca: istiwa) memiliki makna luas seperti salah satunya berkuasa?" Saya sepertinya bertanya seperti ini. Namun intinya mendekati pertanyaan ini.
Lalu dia menjelaskan, kurang lebih, bahwa "Kalau Allah menguasai atas Arsy berarti Allah duduk, berdiri, dan lainnya karena makna menguasai itu luas. Tidak mungkin Allah menguasai sesuatu namun tidak menempati seperti duduk, berdiri atau lainnya"
Padahal maksud me-nakwil-kan "Allah Ber-Istiwa Atas Arsy" dengan kalimat, "Allah Berkuasa Atas Arsy" adalah agar tidak membuat penjelasan panjang lebar mengenai makna "Istiwa". Jangan memaknai Istiwa dengan unsur kemakhlukan. Cukup menyerahkan makna pada Allah atau menakwili Istiwa dengan kata berkuasa. Selesai. Padahal simpel kalau dia tidak meyakini makna teks ayat benar-benar sesuai teks. Namun mereka sendiri, membuat jawaban atas pertanyaan, "Allah Ada Dimana?" dengan jawaban yang mengandung unsur kemakhlukan. Ini akidah yang sesat!
Saya tidak paham apa sebenarnya dengan akidah dia. Mungkin dia karena tidak tahu saja mengenai hakekat aqidah yang benar - korban rayuan dakwah anti Asy'ariah. Semoga dia menyadari bahwa akidahnya memang sesat dan berbahaya.
AKIDAH HAQ: Allah tidak bertempat sebelum menciptakan tempat, Allah tidak bertempat dan tidak membutuhkannya walau sudah menciptakan tempat dan Allah tetap tidak bertempat walau tempat itu sudah tidak ada. Allah ada dan berdiri sendiri dengan kuasanya tanpa membutuhkan ciptaan apapun. lihat vidio penjelasan Bantahan Allah Ada Di Arsy, klik disini
SALAM ASWAJA ASY'ARIYAH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar