Hukuh Fisika adalah apa yang dilihat, itulah perkara fisika. Membahas benda-benda semesta adalah masalah fisika dalam hal zat dan energi (menurut kamus, fisika adalah ilmu tentang zat dan energi, silahkan koreksi). Namun bagaimana bila membahas hal-hal gaib? Maka sudah kebalikan dari fisika, yaitu metafisika. Membahas zat Allah termasuk sudah masuk dalam wilayah metafisika yang HARAM DIBAHAS.
Adanya benda-benda yang bergerak karena adanya yang menggerakkan, reaksi energi.
Bola ditendang dengan energi kaki tertentu
maka akan membuat "hukum arah" akibat terjadinya tendangan bola. Tidak mungkin bola ditendang tidak mengarah pada sesuatu arah tertentu. Suatu arah barat, timur, utara dan selatan adalah perkara Geografi untuk menentukan gerakan-gerakan energi yang tentunya berkaitan dengan fisika.
Dalam ilmu geografi, angin adalah gerakan udara dari daerah yg bertekanan tinggi ke daerah yg bertekanan rendah. Ini menunjukan hukum arah "Tinggi-Rendah". Tinggi-rendah bisa dikatakan juga dengan arah "Atas-Bawah" karena "Atas" adalah simbol tinggi dan "bawah" adalah simbol rendah. Namun, ini sebagai permisalan ilmu Geografi dalam hal gerakan dan arah.
Migrasi suatu penduduk, menimbulkan sebuah energi yang diarahkan ke arah tertentu dalam ke-migrasi-an. Bila migrasi penduduk di tempat tertentu mengalami penumpukan, padat penduduk, maka harus ada pengeluaran energi untuk mengurangi tekanan energi. Bila energi itu tidak segera dikeluarkan, akibatnya FATAL.
Jadi, jelaslah masalah Fisika dengan Geografi. Saling melengkapi.
Namun, dalam perkembangan ilmu Fisika modern, timbul Fisika Quantum. Hukum Fisika Quantum hampir seperti pembahasan metafisika yang sulit dipercaya akal. Dalam Fisika Quantum, hukum arah dan benda menjadi "TIDAK PASTI", tidak ada hukum benda dan arah karena memang sudah menjadi satu-kesatuan antar semesta yaitu berupa "Energi Quanta". Perkara geografi tidak berlaku lagi di Fisika Quantum.
Dalam buku Quantum Ikhlas (6 : 2013), Erbe Sentanu menjelaskan bahwa Quanta adalah bahan baku segala benda di alam semesta. Luarbiasanya, bahwa Quanta bukan sekedar benda tetapi energi vibrasi yang memiliki kecerdasan dan kesadaran yang hidup. Secara teori Fisika Quantum, segala bentuk yang terlihat adalah hasil susunan energi quanta.
Ketika berbicara arah, secara teori Fisika klasik pun -- Fisika Newton --, bila melihat arah lewat keseluruhan alam semesta maka tidak akan menemukan "KEPASTIAN ARAH". Yang ada hanyalah arah "Di sana dan disini", "Dekat dan jauh". Anda bisa membuat permisalan dengan menggunakan globe. Karena memang ke-arahan-an sesuatu terjadi karena manusia mendapat pemahaman arah hasil pengamatan di dunia. Namun hukum arah tertentu tidak pasti bila manusia berada di tengah-tengah alam semesta, "Cuy, saya lagi jadi astronot, mau solat zhuhur, arah barat mana ya?"
Bila berbicara susunan geografis bumi, secara ilmu Geografi, maka bumi membentuk bulatan. Bila bentuknya tidak membentuk bulatan, lantas sepert apa? Kalau bulat, maka hukum arah "Atas-Bawah" menjadi "RELATIF", bergantung dimana letak suatu wilayah dari bumi itu berada.
CATATAN PENTING AKIDAH:
1. Ketika Allah diyakini memiliki wujud seperti makhluk seperti tangan, kaki, wajah, dan lain sebagainya -- yang sebenarnya perkara metafisik --, maka dalam hal ini, Allah tidak berkuasa dengan bentuk wujudnya sendiri atau wujudnya sendiri terciptakan oleh dirinya. Sehingga SESAT bila meyakini Allah punya tangan, kaki, pantat, wajah, dan lainnya.
ADAPUN TUHAN BUKAN ALLAH, sah-sah saja meyakini hal tersebut karena bukan Tuhan asli.
2. Ketika meyakini bahwa "Allah Turun" saat malam hari dengan makna benar-benar turun zat-nya maka sudah bertentangan dengan hukum "atas-bawah" sesuai geografis bumi yaitu berbentuk bulat. Makna turun itu, turunnnya bagaimana bila dari langit ke bumi? Sedangkan malam terus berputar, bergantian di semua tempat. Apakah Allah BERKELILING ALAM SEMESTA?
ADAPUN TUHAN BUKAN ALLAH, sah-sah saja meyakini hal tersebut karena bukan Tuhan asli.
3. Ketika meyakini bahwa Allah bersemayan di atas Arsy dengan meyakini bahwa zatnya yang bersemayam, bahkan sambil duduk di kursi sampai berbunyi "krett", maka makna "di atas" itu seperti apa? Ketika melihat kenyataan bentuk langit melingkari semesta, termasuk bulatan bumi.
4. Ketika meyakini bahwa dengan kuasa Allah, Allah bisa merubah menjadi kecil sambil menumpak nyamuk ketika malam hari berkeliling bumi, duduk dikursi sampai berbunyi "kreet", maka ini sudah termasuk membuat KEBENDAAN pada diri Allah. Padahal, manusia sendiri bahan dasarnya tanah, malaikat dari cahaya, jin dari lidah api neraka, kalau secara fisika quantum maka alam semesta termasuk manusia bahan dasarnya energi quanta. Lalu, bahan dasar Allah apa bila sudah membendakan Allah?
AKIDAH HAQ: Allah pasti ada tanpa perlu membahas hakekat zatnya, baik bentuk zat atau arah zat. Allah ada berdiri (bahasa kiasan) sendiri dengan kuasanya. Segala sesuatu yang mencirikan pada kemakhlukan harus dipasrahkan semua pada Allah atau menakwili dengan sesuatu yang pantas ada pada Allah.
NB: Jangan dicerna mentah-mentah. Barangkali ada kesalahan
SALAM ASWAJA ASYA'ARIAH-MATURIDIYAH!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar